HEADLINE NEWS

Kisah Inspiratif Zarkasih, Anak KPM PKH Bekasi yang Buktikan Kemiskinan Bukan Penghalang Sukses



ElangUpdate  | Bekasi, 21 Oktober 2025 – TERPILIHNYA anak KPM PKH Desa Jayasakti Kecamatan Muaragembong, Zarkasih dari SMK Assa’adatul Abadiyah mewakili Kecamatan Muaragembong sebagai 15 besar FINALIS ajang Pemilihan Abang Mpok Kabupaten Bekasi 2025.

Di tengah hiruk-pikuk persiapan akhir Pemilihan Abang Mpok Kabupaten Bekasi 2025, sebuah cerita menyentuh hati muncul dari pinggiran pantai utara Kabupaten Bekasi. Zarkasih, remaja berusia 18 tahun asal Desa Jayasakti, Kecamatan Muaragembong, berhasil menembus babak final sebagai salah satu dari 15 peserta terbaik. 

Bukan hanya prestasi itu yang membuatnya istimewa, tapi kisah perjuangannya yang lahir dari keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH). 

Di balik senyum ramah dan sikap sopannya, tersimpan perjalanan hidup penuh liku yang menjadi inspirasi bagi siapa saja yang mendengarnya.

Latar Belakang Keluarga yang Penuh Tantangan

Desa Jayasakti, yang kini berada di bawah wilayah Kecamatan Muaragembong setelah sebelumnya masuk Kecamatan Cabangbungin karena perluasan wilayah administratif, adalah permukiman sederhana di Kabupaten Bekasi. 

Berbeda dengan desa-desa lain di Muaragembong yang dekat dengan pantai utara Jawa, Jayasakti justru jauh dari garis pantai. 

Wilayah ini didominasi oleh lahan pertanian dan permukiman, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai Petani dan pekerja harian lepas. 

Dengan luas sekitar 1.751 hektar, desa ini menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, termasuk keterbatasan akses terhadap fasilitas modern

Zarkasih tumbuh di tengah lingkungan seperti itu, di mana mayoritas penduduk bergantung pada mata pencaharian Petani dan pekerja harian lepas.

Keluarga Zarkasih termasuk dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH, program bantuan sosial bersyarat dari Kementerian Sosial yang dirancang untuk memutus rantai kemiskinan melalui akses pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. 

Sejak kecil, Zarkasih harus menghadapi kenyataan pahit: orang tuanya berpisah karena tekanan ekonomi yang tak kunjung reda. Ia kemudian diasuh oleh kakek dan neneknya, yang dengan penuh kasih menjadi orang tua pengganti. 

Kakeknya, yang akrab disapa Bang Napis, adalah Seorang pedagang bakso ayam memilih untuk berjualan secara mangkal di satu tempat, bukan berkeliling seperti kebanyakan pedagang bakso pada umumnya.

Warung bakso yang ditempatinya saat ini merupakan kontrakan sederhana yang ia sewa khusus untuk berjualan. Menariknya, hasil dari berjualan itu sepenuhnya digunakan untuk membiayai usaha, bukan untuk membayar tempat tinggal.

Untuk tempat tinggal sendiri, ia tidak menyewa rumah, melainkan menempati lahan kosong milik saudaranya yang belum digunakan. 

Kemudian ia pindah ke area tanggul, karena lahan yang sebelumnya ditempati bukan miliknya,” ungkapnya sambil tersenyum.

Kini, mereka tinggal di area tanggul di pinggir sawah, dengan rumah sederhana yang dibangunnya secara mandiri. Meski hidup dengan keterbatasan, semangatnya untuk tetap berusaha dan mandiri patut diapresiasi.

"Hidup kami sederhana, tapi penuh doa dan usaha," cerita Zarkasih dalam wawancara singkat usai gladi resik pemilihan. Keluarga mereka sering berpindah-pindah tempat tinggal, Dari satu tempat ke tempat lain, mengikuti alur ekonomi yang tak menentu. 

Hingga akhirnya, mereka menetap di sebuah rumah sederhana di pinggiran tanggul pemerintah, dekat dengan perairan muara sungai yang menjadi ciri khas Jayasakti. 

Di sana, angin hamparan sawah yang sepoi-sepoi bercampur dengan aroma masakan rumahan, menciptakan suasana hangat meski di tengah keterbatasan.

Program PKH menjadi penopang utama bagi keluarga Zarkasih. Bantuan tunai bersyarat itu tidak hanya membantu biaya sekolah dan kesehatan, tapi juga mendorong komitmen keluarga untuk memastikan anak-anaknya tetap bersekolah. 

Zarkasih ingat betul bagaimana pendamping PKH (Na'mah Kusairoh) di desanya sering datang ke sekolahnya, memantau kemajuan belajar. "Mereka seperti keluarga kedua bagi kami. Tanpa PKH, mungkin saya tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMK," ujarnya dengan nada syukur.

“Awalnya, dia sempat tidak mau. Tapi saya terus memotivasinya agar jangan takut mencoba hal baru, karena setiap pengalaman adalah bagian dari proses belajar menuju kesuksesan,” ujar Na’mah Kusairoh, pendamping PKH Kecamatan Muara Gembong.

“Saya bilang padanya, teruslah bergerak maju. Fokuslah pada masa kini dan masa depan, serta percayalah pada kemampuan diri sendiri. Selama ada niat dan usaha, kesempatan akan selalu datang bagi mereka yang berani mencoba,” tambahnya dengan nada penuh semangat.

Na’mah Kusairoh, pendamping PKH Kecamatan Muara Gembong

Bagi Na’mah Kusairoh, peran sebagai pendamping PKH bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga panggilan hati. Ia merasa bangga bisa menjadi bagian dari proses perubahan anak-anak dampingan yang berani bermimpi dan berusaha mewujudkannya.

“Setiap anak punya potensi masing-masing. Tugas kami adalah menumbuhkan kepercayaan diri mereka agar berani melangkah dan tidak mudah menyerah,” ungkap Na’mah.

Ia mengaku, kisah Zarkasih menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi. Dengan bimbingan, dorongan, dan keyakinan, anak-anak dari keluarga penerima manfaat pun bisa bersinar di bidang yang mereka tekuni.

“Saya berharap semakin banyak anak-anak KPM PKH yang termotivasi seperti Zarkasih. Mereka harus tahu, bahwa masa depan tidak ditentukan oleh latar belakang, tapi oleh semangat dan kemauan untuk terus berjuang,” tutup Na’mah penuh haru.

Perjuangan Harian: Sekolah dan Bantu Keluarga


Setiap pagi, sebelum matahari terbit sepenuhnya, Zarkasih sudah bangun untuk membantu neneknya menyiapkan dagangan kakek. SMK Assa’adatul Abadiyah, sekolah vokasional swasta di Kampung Kelapa Dua, Jayasakti, menjadi tempatnya menimba ilmu. 

Sekolah ini, dengan akreditasi A dan kurikulum Merdeka, menawarkan jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif yang diminati Zarkasih. Berlokasi hanya beberapa ratus meter dari rumahnya, perjalanan ke sekolah terasa ringan dibandingkan beban tanggung jawabnya di rumah.

Pulang sekolah pukul 14.00 WIB, Zarkasih langsung bergabung dengan kakeknya di etalase bakso ayam. "Saya membantu di warung, mencuci piring, mengelap mangkuk, hingga mengiris kol dan daun bawang," kisahnya. 

Hingga malam tiba, sekitar pukul 21.00, barulah ia sempat belajar pelajaran sekolah atau mengerjakan tugas. 

Peluh dan lelah bukanlah penghalang; baginya, itu adalah investasi untuk masa depan. "Saya ingin kelak bisa membuka usaha sendiri, mungkin warung makan atau bengkel komputer, agar kakek dan nenek tidak perlu capek lagi," tambahnya dengan mata berbinar.

Semangat Zarkasih tak lepas dari dukungan sekolah. Guru-gurunya di SMK Assa’adatul Abadiyah sering memberikan bimbingan tambahan, bahkan beasiswa kecil untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. "Zarkasih anak yang rajin dan sopan. 

“Ia sering terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah dan sudah menunjukkan rasa percaya diri sejak duduk di kelas 10,” tutur Warmin, Kepala Sekolah, saat ditemui tim redaksi.

Selain aktif di lingkungan sekolah, Zarkasih dikenal memiliki kepribadian yang rendah hati. Di waktu luangnya, ia gemar bermain futsal dan menyanyi.

“Awalnya saya tertarik mendorong Zarkasih ikut pemilihan Abang Mpok karena beberapa hal,” lanjut Warmin.

“Pertama, posturnya tinggi. Kedua, meskipun terlihat pemalu, sebenarnya dia anak yang cerdas dan punya potensi besar. Lalu, dia juga punya bakat menyanyi mungkin belum sempurna, tapi cukup menonjol dibanding teman-temannya.”

Jalur Menuju Panggung Prestasi

Pemilihan Abang Mpok Kabupaten Bekasi 2025 merupakan ajang tahunan yang digelar Dinas Budaya, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora) untuk memilih duta budaya dan pariwisata. 

Tahun ini, dari ratusan pendaftar mewakili 23 kecamatan, hanya 30 finalis yang lolos karantina, dan Zarkasih berhasil masuk 15 besar dari Kecamatan Muaragembong. 



Proses seleksinya ketat: mulai dari tes public speaking, pengetahuan budaya Bekasi, unjuk bakat, hingga wawancara psikologi.

“Saya mendaftar karena ingin mewakili desa saya. Jayasakti punya potensi sawah yang belum tergarap maksimal, dan sebenarnya bisa dikembangkan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat,” ujar Zarkasih.

Ia berharap, lewat ajang Abang Mpok ini, bisa memperkenalkan sisi lain desanya yang selama ini jarang disorot. Menurutnya, hamparan sawah di Jayasakti bukan sekadar tempat bercocok tanam, tetapi juga bisa menjadi sarana edukasi dan wisata lokal yang mengangkat ekonomi warga.

“Bayangkan kalau sawah di Jayasakti dijadikan wisata edukasi pertanian, anak-anak bisa belajar langsung bagaimana menanam padi dan menghargai kerja petani. Itu kan keren banget,” tambahnya sambil tersenyum.

Bagi Zarkasih, mencintai desa sendiri adalah bentuk nyata dari rasa bangga terhadap tempat asal. Ia percaya, perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil  termasuk dengan berani tampil membawa nama desanya di panggung yang lebih luas.

Saya ingin promosikan itu," jelas Zarkasih. Di babak karantina, ia tampil dengan bakat menyanyi lagu daerah Betawi. 

Para juri terkesan dengan keteguhan hatinya, yang terpancar dari cerita pribadinya tentang PKH sebagai pendorong perubahan.

"Prestasi seperti Zarkasih membuktikan bahwa Kabupaten Bekasi punya anak muda berkualitas, siap bersaing di tingkat provinsi bahkan nasional," katanya.

Acara ini bukan hanya kontes kecantikan, tapi platform untuk generasi muda belajar mempromosikan potensi daerah, seperti kuliner khas, cagar budaya, dan kesenian tradisional Bekasi.

Pesan Inspiratif untuk Generasi Muda

Kisah Zarkasih adalah bukti nyata bahwa keterbatasan bukan akhir dari mimpi. Sebagai anak KPM PKH, ia mewakili ribuan keluarga di Bekasi yang bergantung pada program ini seperti 10 ribu KPM yang menerima bansos tahap I 2025. 

PKH tak hanya memberikan uang, tapi juga harapan melalui pendampingan yang holistik. Zarkasih percaya, sekolah adalah jalan menuju perubahan. "Jangan pernah menyerah. 

Bantu orang tua, belajar keras, dan bermimpi besar. Dari pinggiran tanggul pun, kita bisa bersinar," pesannya untuk teman-teman seusianya.

Keluarganya bangga luar biasa. Bang Napis, kakeknya, tak henti tersenyum saat melihat cucunya di panggung. "Ini buah doa kami. 

Semoga Zarkasih jadi inspirasi, bahwa kerja keras dan ketulusan hati bisa mengalahkan segala rintangan." Neneknya menambahkan, "PKH membantu kami bertahan, tapi semangat Zarkasih yang membuat kami bangga."

Saat ini, Zarkasih terus mempersiapkan diri untuk babak final. Apapun hasilnya, ia sudah menjadi pemenang di hati banyak orang. Kisahnya mengingatkan kita bahwa di balik setiap senyum sukses, ada perjuangan tak terlihat. 

Zarkasih bukan hanya membanggakan keluarganya dan Desa Jayasakti, tapi juga menjadi cahaya harapan bagi masyarakat marginal di Kabupaten Bekasi. 

Semangatnya yang tak pernah padam, layak dijadikan teladan bagi kita semua.


⚠️ Warning.!! Aturan Komentar:
  1. Sopan dan Menghargai – Komentar yang mengandung ujaran kebencian, diskriminasi, atau pelecehan akan dihapus.
  2. Fokus pada Topik – Hindari spam atau komentar yang tidak relevan dengan konten.
  3. Gunakan Bahasa yang Baik – Hindari kata-kata kasar atau tidak pantas.
  4. Tidak Mengiklankan – Komentar yang mengandung promosi pribadi atau iklan akan dihapus.
  5. Patuhi Hukum – Komentar yang melanggar hak cipta atau norma hukum akan ditindak tegas.

Dengan berkomentar, Anda setuju untuk mematuhi aturan ini.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Home
Trending
Sport
Search
Menu
Komentar 0 Facebook Twitter WhatsApp Telegram Copy Link