Kontroversi Resbob: Polda Jawa Barat Memburu Konten Kreator yang Diduga Hina Suku Sunda dan Viking Persib
Latar Belakang Resbob sebagai Konten Kreator
Muhammad Adimas Firdaus, atau Resbob, adalah seorang YouTuber dan streamer yang telah membangun karirnya melalui platform media sosial seperti YouTube dan Instagram.
Dikenal dengan konten-konten hiburan yang sering kali santai dan interaktif, Resbob memiliki pengikut yang cukup signifikan, terutama di kalangan anak muda.
Namun, gaya penyampaiannya yang spontan dan kadang-kadang kontroversial telah membuatnya beberapa kali terlibat dalam isu sensitif.
Sebelum insiden ini, Resbob pernah menjadi sorotan karena konten-kontennya yang dianggap melewati batas etika, meskipun tidak sebesar kontroversi kali ini.
Resbob sering melakukan live streaming, di mana ia berinteraksi langsung dengan penonton sambil melakukan aktivitas sehari-hari, seperti mengemudi atau berdiskusi ringan.
Sayangnya, kebebasan berekspresi di dunia digital ini kadang-kadang disalahgunakan, leading to statements that offend certain groups.
Dalam konteks budaya Indonesia yang kaya akan keragaman suku dan etnis, isu seperti ini bisa dengan cepat membesar dan menjadi masalah nasional.
Kronologi Kejadian yang Memicu Kontroversi
Peristiwa bermula dari sebuah video live streaming yang dilakukan Resbob beberapa hari lalu. Dalam rekaman yang kemudian viral di berbagai platform media sosial, Resbob terlihat sedang mengemudi mobil sambil berbicara dengan seseorang di kursi penumpang.
Dalam percakapan tersebut, ia melontarkan kata-kata kasar yang secara langsung menargetkan Suku Sunda dan Viking, kelompok suporter Persib Bandung.
Beberapa ucapan yang tercatat termasuk "Viking a*jing", "Sunda a*jing", "b*jingan", "Sunda tol*l", "Sunda b*ngsat", dan "Viking b*ngsat". Kata-kata ini dianggap sebagai bentuk penghinaan yang mendalam terhadap identitas budaya dan komunitas sepak bola yang sangat dihormati di Jawa Barat.
Video tersebut dengan cepat menyebar melalui TikTok, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter), memicu reaksi marah dari netizen.
Banyak yang merasa tersinggung karena Suku Sunda merupakan mayoritas penduduk di Jawa Barat, dan Viking adalah simbol kebanggaan bagi para pendukung Persib Bandung.
Persib sendiri adalah klub sepak bola legendaris yang memiliki basis penggemar fanatik, dan Viking Persib Club (VPC) telah menjadi bagian integral dari budaya sepak bola di Indonesia.
Tidak lama setelah video viral, Viking Persib Club segera mengambil langkah hukum.
Pada malam Kamis, 11 Desember 2025, perwakilan hukum VPC, Ferdy Rizki, atas nama Ketua Viking Tobias Ginanjar, melaporkan Resbob ke Direktorat Reserse Siber Polda Jawa Barat.
Laporan ini didasarkan pada dugaan ujaran kebencian yang dapat memecah belah masyarakat.
Respons dari Masyarakat dan Tokoh Publik
Reaksi masyarakat terhadap insiden ini sangat masif. Di media sosial, tagar seperti #ResbobHinaSunda dan #LindungiSunda menjadi trending topic.
Banyak netizen yang mengecam tindakan Resbob, menyebutnya sebagai bentuk rasisme yang tidak bisa ditoleransi di negara multikultural seperti Indonesia.
Beberapa akun bahkan membagikan video massa yang mendatangi kediaman Resbob untuk menuntut pertanggungjawaban, meskipun aksi tersebut berlangsung secara damai tanpa kekerasan.
Tokoh-tokoh publik juga turut angkat bicara. Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, yang berasal dari Suku Sunda, menyatakan kekecewaannya secara terbuka.
Ia mengatakan, "Saya sebagai orang Sunda merasa sangat terhina dan sangat marah. Ini sudah SARA dan bisa memecah belah bangsa." Erwan mendesak polisi untuk segera menangkap Resbob agar ada efek jera.
Selain itu, Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, juga mengecam pernyataan Resbob.
Ia menilai ucapan tersebut melukai perasaan masyarakat Jawa Barat dan berpotensi merusak persatuan bangsa. "Di tengah bangsa yang sedang menggalakkan persatuan, justru muncul ucapan-ucapan tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menyerahkan kasus ini kepada aparat hukum. Ia menekankan karakter sopan dan berbudaya orang Sunda, serta meminta agar tidak ada tindakan main hakim sendiri.
Tokoh lain seperti mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan komedian Sule juga ikut mengecam, menambahkan suara mereka dalam menuntut keadilan.
Partai politik seperti PDIP juga mendesak polisi untuk bertindak tegas, menunjukkan bahwa isu ini telah melampaui batas komunitas lokal dan menjadi perhatian nasional.
Tindakan Hukum oleh Polda Jawa Barat
Polda Jawa Barat merespons laporan tersebut dengan cepat. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan profiling terhadap akun Resbob dan memulai penyelidikan.
"Kami sudah memprofiling akun pelaku hate speech terhadap Viking dan warga Jabar serta sudah melakukan penyelidikan," katanya.
Kapolda Jabar, Irjen Rudi Setiawan, secara singkat menyatakan bahwa Resbob sedang dalam pengejaran. "Sedang pengejaran," ujarnya ketika ditanya wartawan.
Polisi juga menerima laporan serupa dari Polrestabes Bandung, tetapi kasus digabung menjadi satu untuk efisiensi penanganan.
Menurut hukum Indonesia, ujaran kebencian seperti ini bisa dijerat dengan Undang-Undang ITE Pasal 28 ayat 2 tentang penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian berdasarkan SARA, dengan ancaman hukuman hingga 6 tahun penjara.
Proses ini masih dalam tahap penyelidikan, dan Resbob belum diperiksa karena masih diburu.
Permintaan Maaf Resbob dan Dampaknya
Menyadari dampak dari ucapannya, Resbob segera mengunggah video klarifikasi di akun Instagramnya. Dalam video tersebut, ia mengaku tidak ingat mengucapkan kata-kata tersebut karena berada di bawah pengaruh alkohol.
"Ketidaksadaran menjadikan kecelakaan saya dalam ucapan... dengan inilah mari kita tinggalkan alkohol," katanya sambil meminta maaf.
Permintaan maaf ini mendapat respons beragam. Beberapa netizen menerimanya sebagai bentuk kesadaran diri, sementara yang lain menganggapnya sebagai alasan yang lemah dan tidak cukup untuk menebus kesalahan.
Selain itu, kampus tempat Resbob belajar juga mengancam memberikan sanksi, menunjukkan bahwa dampaknya meluas ke ranah pendidikan.
Dampak lain termasuk potensi kerugian karir bagi Resbob. Sebagai konten kreator, citranya yang rusak bisa mengakibatkan hilangnya sponsor dan pengikut.
Di sisi lain, insiden ini menjadi pelajaran bagi para kreator digital untuk lebih berhati-hati dalam berekspresi.
Analisis: Mengapa Isu Ini Begitu Sensitif?
Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku terbesar di dunia, dan Jawa Barat khususnya adalah rumah bagi Suku Sunda yang memiliki budaya kaya seperti bahasa, seni, dan tradisi.
Penghinaan terhadap suku ini bukan hanya masalah pribadi, tapi juga ancaman terhadap harmoni sosial. Viking, sebagai komunitas suporter, mewakili semangat persatuan melalui olahraga, sehingga penghinaan terhadap mereka dianggap sebagai serangan terhadap identitas kolektif.
Dalam era digital, ujaran kebencian bisa menyebar dengan cepat, memperbesar konflik. Namun, ini juga menjadi kesempatan untuk edukasi tentang etika bermedia sosial.
Pemerintah dan platform digital perlu memperkuat regulasi untuk mencegah hal serupa, sementara masyarakat diajak untuk lebih bijak dalam merespons isu sensitif tanpa kekerasan.
Menuju Rekonsiliasi dan Pembelajaran
Kasus Resbob ini adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga lisan dan sikap di ruang publik. Sementara Polda Jawa Barat terus memburu Resbob untuk proses hukum, diharapkan kasus ini bisa diselesaikan secara adil dan menjadi pelajaran bagi generasi muda.
Mari kita bangun masyarakat yang saling menghormati, di mana keberagaman menjadi kekuatan, bukan sumber konflik. Dengan demikian, insiden seperti ini bisa menjadi titik balik menuju Indonesia yang lebih harmonis.

Dengan berkomentar, Anda setuju untuk mematuhi aturan ini.