Kaleidoskop Bencana Alam 2025 di Indonesia: Tahun Penuh Ujian Ketangguhan Bangsa
ElangUpdate | 26 Desember 2025 – Tahun 2025 menjadi salah satu periode yang penuh tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi berbagai bencana alam.
Sebagai negara yang berada di kawasan Cincin Api Pasifik dan jalur monsun aktif, Indonesia memang rawan terhadap ancaman geologis dan hidrometeorologi.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga akhir tahun, tercatat ribuan kejadian bencana, dengan dominasi hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang mencapai lebih dari 99 persen dari total kejadian.
Bencana geologi seperti gempa bumi dan erupsi gunung api meski lebih sedikit, tetap memberikan dampak signifikan.
Sepanjang 2025, BNPB mencatat sekitar 3.100 hingga lebih kejadian bencana alam, menyebabkan ratusan korban jiwa, ribuan luka-luka, dan jutaan jiwa terdampak.
Perubahan iklim global yang semakin nyata turut memperburuk intensitas curah hujan dan pola cuaca ekstrem, sementara faktor manusia seperti deforestasi dan pengelolaan lahan yang kurang baik menjadi pemicu utama kerentanan wilayah.
Kaleidoskop ini merangkum deretan bencana utama yang mengguncang nusantara sepanjang tahun, sebagai pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Awal Tahun: Banjir dan Longsor di Jawa Tengah
Memasuki 2025, Indonesia langsung dihadapkan pada bencana hidrometeorologi basah.
Pada 21 Januari 2025, hujan deras memicu banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Petungkriyono.
![]() |
| Tim gabungan kembali berhasil mengevakuasi 1 korban yang tertimbun longsor di Pekalongan pada Selasa (21/1) source : BNPB_Indonesia |
Longsor menimpa kafe dan rumah warga, sementara banjir menyapu kelompok pemancing di tepi sungai.
Tragedi ini menewaskan sekitar 20 orang dan melukai 14 lainnya.
Evakuasi sulit dilakukan karena cuaca buruk yang berlangsung lama.
Serupa, banjir juga melanda Demak pada Februari dan Jabodetabek pada Maret. Di Demak, banjir bandang memaksa ratusan warga mengungsi dan merendam ribuan rumah.
Sementara di Jakarta dan sekitarnya, genangan air mencapai ketinggian ekstrem di beberapa titik, mengganggu aktivitas millions warga ibu kota.
Bencana awal tahun ini menjadi sinyal bahwa musim hujan 2025 akan lebih intens dari biasanya.
Pertengahan Tahun: Gempa, Erupsi, dan Karhutla
Memasuki pertengahan tahun, bencana geologi mulai mendominasi. Pada Mei 2025, gempa bumi magnitudo 6,3 mengguncang Bengkulu, menyebabkan kepanikan massal meski korban jiwa relatif minim.
Gempa lain menyusul di berbagai wilayah, termasuk Sulawesi Tengah pada Agustus dengan magnitudo 5,8 yang menewaskan beberapa orang dan merusak infrastruktur.
Aktivitas vulkanik juga meningkat. Gunung Semeru di Jawa Timur menjadi yang paling aktif, dengan ribuan kali erupsi sepanjang tahun, termasuk letusan dahsyat pada November yang menaikkan status menjadi Awas (Level IV).
Kolom abu mencapai ribuan meter, memicu awan panas dan evakuasi massal. Gunung lain seperti Lewotobi Laki-laki, Ibu, dan Raung juga sering erupsi, meski dampaknya lebih terlokalisasi.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai marak saat musim kemarau.
Meski luas terbakar turun signifikan menjadi sekitar 214.000 hektare dibanding tahun sebelumnya, hotspot tetap terdeteksi di Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan.
Upaya pencegahan seperti patroli Manggala Agni dan modifikasi cuaca berhasil menekan eskalasi, tapi tetap menimbulkan kabut asap lokal yang mengganggu kesehatan dan transportasi.
Akhir Tahun: Tragedi Banjir dan Longsor Sumatra
Puncak tragedi terjadi pada akhir November 2025, ketika Siklon Tropis Senyar memicu hujan ekstrem di Pulau Sumatra.
Banjir bandang dan tanah longsor parah melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ribuan desa terendam, jalan putus, dan aliran listrik padam.
BNPB mencatat lebih dari 1.100 korban tewas, ratusan hilang, dan jutaan terdampak. Ini menjadi bencana alam paling mematikan sejak tsunami Sulawesi 2018.
Faktor deforestasi di hulu sungai memperburuk dampak, mengubah hujan biasa menjadi banjir bandang mematikan.
Evakuasi massal melibatkan TNI, Polri, dan relawan internasional. Bencana ini juga memicu diskusi nasional tentang pengelolaan lingkungan dan tata ruang.
Dampak Keseluruhan dan Pelajaran Berharga
Secara keseluruhan, bencana 2025 menyebabkan kerugian materi triliunan rupiah, kerusakan infrastruktur, dan trauma psikologis bagi jutaan warga.
Namun, di balik duka, ada cerita ketangguhan: solidaritas masyarakat, respons cepat pemerintah, dan inovasi mitigasi seperti sistem peringatan dini yang semakin baik.
Tahun ini mengajarkan bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman jauh, tapi realitas yang harus dihadapi.
Diperlukan komitmen lebih kuat dalam pelestarian hutan, penegakan hukum terhadap pembakar lahan, dan edukasi kebencanaan.
Semoga 2026 membawa lebih banyak kesiapan dan berkah bagi Indonesia. Mari kita bangun negeri yang lebih tangguh menghadapi alam.


Dengan berkomentar, Anda setuju untuk mematuhi aturan ini.