HEADLINE NEWS

Fenomena Job Hugging: Kenapa Banyak Orang Betah di Pekerjaan yang Bikin Tidak Bahagia?

Source : unsplash.com


ElangUpdate | Jakarta, 15 September 2025 — Di tengah dinamika dunia kerja modern, muncul fenomena baru yang disebut job hugging. Istilah ini merujuk pada kecenderungan seseorang untuk bertahan pada pekerjaan yang sebenarnya tidak lagi memberikan kebahagiaan, kepuasan, atau makna dalam hidup mereka. 

Meski merasa tertekan, bosan, atau bahkan tidak dihargai, banyak pekerja memilih untuk "memeluk erat" pekerjaan mereka karena berbagai alasan, mulai dari ketakutan akan perubahan hingga tekanan finansial. 

Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu job hugging, penyebabnya, dampaknya, serta cara mengatasinya.

Apa Itu Job Hugging?

job hugging, bukan sekadar istilah keren yang muncul di media sosial. Fenomena ini menggambarkan kondisi di mana seorang pekerja enggan meninggalkan pekerjaannya meskipun mereka merasa tidak bahagia, tidak termotivasi, atau bahkan mengalami tekanan mental yang signifikan. 

Istilah ini pertama kali populer di kalangan profesional sumber daya manusia (SDM) dan psikolog kerja untuk menggambarkan pola perilaku yang kian umum di era modern, di mana stabilitas finansial sering kali diutamakan di atas kesehatan mental dan kepuasan pribadi.

Bayangkan seorang karyawan yang setiap pagi bangun dengan rasa enggan untuk pergi bekerja, namun tetap menyeret diri mereka ke kantor karena merasa tidak punya pilihan lain. 

Mereka mungkin merasa pekerjaan mereka tidak lagi selaras dengan nilai-nilai pribadi, tidak menawarkan ruang untuk berkembang, atau justru membuat mereka merasa terjebak. 

Namun, alih-alih mencari peluang baru, mereka memilih bertahan seperti memeluk erat pekerjaan yang sebenarnya tidak lagi mereka inginkan.

Penyebab Fenomena Job Hugging

Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi *job hugger*. Berikut adalah beberapa penyebab utama yang sering ditemukan:

  1. Ketakutan akan Ketidakpastian
    Salah satu alasan utama mengapa orang bertahan pada pekerjaan yang tidak mereka sukai adalah ketakutan akan ketidakpastian. Meninggalkan pekerjaan yang sudah dikenal—meski tidak menyenangkan—berarti memasuki zona yang penuh risiko, seperti sulitnya mencari pekerjaan baru, potensi penurunan pendapatan, atau kegagalan di tempat kerja baru. Ketakutan ini sering kali lebih kuat daripada keinginan untuk mencari kebahagiaan.
  2. Tekanan Finansial
    Dalam banyak kasus, kebutuhan finansial menjadi pendorong utama *job hugging*. Tanggungan keluarga, cicilan rumah, atau kebutuhan hidup sehari-hari membuat banyak pekerja merasa tidak punya pilihan selain bertahan. Gaji tetap, meskipun tidak sebanding dengan beban kerja atau stres yang dirasakan, sering kali menjadi jangkar yang membuat seseorang enggan berpindah.
  3. Kurangnya Kepercayaan Diri
    Banyak pekerja merasa bahwa mereka tidak memiliki keterampilan atau pengalaman yang cukup untuk bersaing di pasar kerja yang kompetitif. Rasa rendah diri ini membuat mereka merasa bahwa pekerjaan saat ini adalah "satu-satunya pilihan" yang mereka miliki, meskipun pekerjaan tersebut tidak lagi memberikan kepuasan.
  4. Budaya Kerja dan Stigma Sosial
    Di beberapa budaya, terutama di Indonesia, sering kali ada stigma terhadap mereka yang sering berganti pekerjaan. Banyak yang menganggap bahwa bertahan lama di satu perusahaan adalah tanda kesetiaan dan stabilitas. Akibatnya, banyak pekerja merasa tertekan untuk tetap berada di posisi yang sama demi menjaga reputasi atau menghindari pertanyaan dari keluarga dan teman.
  5. Kenyamanan Zona Nyaman
    Meski tidak bahagia, beberapa pekerja merasa nyaman dengan rutinitas yang sudah dikenal. Mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka, mengenal rekan kerja, dan memahami dinamika perusahaan. Keluar dari zona nyaman ini terasa seperti lompatan besar yang penuh risiko.

Dampak Job Hugging bagi Pekerja dan Perusahaan

Fenomena job hugging, tidak hanya berdampak pada pekerja, tetapi juga pada perusahaan tempat mereka bekerja. Berikut adalah beberapa dampak yang perlu diperhatikan:

Dampak pada Pekerja

  • Masalah Kesehatan Mental: Bertahan dalam pekerjaan yang tidak disukai dapat memicu stres kronis, kecemasan, hingga depresi. Pekerja mungkin merasa kehilangan motivasi, merasa tidak berharga, atau mengalami *burnout*.
  • Penurunan Produktivitas: Ketidakbahagiaan dalam pekerjaan sering kali membuat pekerja kurang termotivasi, yang pada akhirnya menurunkan kualitas dan kuantitas pekerjaan mereka.
  • Kehilangan Makna Hidup: Pekerjaan yang tidak lagi selaras dengan nilai atau tujuan pribadi dapat membuat seseorang merasa hidupnya stagnan, tanpa arah yang jelas.

Dampak pada Perusahaan

  • Penurunan Kinerja Tim: Karyawan yang tidak bahagia cenderung kurang berkontribusi secara maksimal, yang dapat memengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.
  • Tingkat Turnover Tersembunyi: Meski pekerja tidak langsung resign, sikap apatis mereka dapat menciptakan budaya kerja yang kurang sehat, yang pada akhirnya merugikan perusahaan.
  • Inovasi Terhambat: Karyawan yang hanya "memeluk" pekerjaan mereka cenderung tidak berinisiatif untuk berinovasi atau memberikan ide-ide baru, yang dapat menghambat kemajuan perusahaan.

Cara Mengatasi Job Hugging

Mengatasi job hugging bukanlah hal yang mudah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, baik oleh pekerja maupun perusahaan, untuk mengurangi fenomena ini:

Langkah untuk Pekerja

  1. Refleksi Diri
    Luangkan waktu untuk mengevaluasi apa yang membuat Anda tidak bahagia di pekerjaan saat ini. Apakah itu budaya kerja, kurangnya pengakuan, atau ketidaksesuaian dengan nilai pribadi? Memahami akar masalah adalah langkah pertama menuju solusi.
  2. Tingkatkan Keterampilan
    Jika kurangnya kepercayaan diri menjadi hambatan, pertimbangkan untuk mengikuti kursus atau pelatihan untuk meningkatkan keterampilan. Platform seperti Coursera, LinkedIn Learning, atau pelatihan lokal dapat membantu Anda merasa lebih siap untuk mencari peluang baru.
  3. Jaringan Profesional
    Bangun jaringan dengan profesional lain di bidang Anda. Hadiri acara industri, bergabung dengan komunitas online, atau manfaatkan platform seperti LinkedIn untuk mencari peluang baru tanpa harus langsung resign.
  4. Konsultasi dengan Profesional
    Jika Anda merasa terjebak atau mengalami tekanan mental, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor karier. Mereka dapat membantu Anda menemukan kejelasan dan arah baru.

Langkah untuk Perusahaan

  1. Ciptakan Budaya Kerja Positif
    Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan merasa dihargai dan didengar. Program kesejahteraan karyawan, seperti sesi konseling atau kegiatan *team building*, dapat membantu meningkatkan kepuasan kerja.
  2. Berikan Kesempatan Berkembang
    Sediakan peluang untuk pelatihan, promosi, atau rotasi peran agar karyawan merasa memiliki ruang untuk berkembang.
  3. Komunikasi Terbuka
    Dorong komunikasi terbuka antara karyawan dan manajemen. Dengarkan keluhan atau saran mereka untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih suportif.

Kesimpulan

Fenomena job hugging, adalah cerminan dari tantangan dunia kerja modern, di mana kebutuhan akan stabilitas sering kali bertabrakan dengan keinginan untuk kebahagiaan dan makna. 

Bagi pekerja, mengenali tanda-tanda job hugging, dan mengambil langkah untuk mengatasinya adalah investasi penting untuk kesehatan mental dan karier jangka panjang. 

Sementara itu, perusahaan juga memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan kesejahteraan karyawan.

Pada akhirnya, job hugging, bukanlah takdir. Dengan refleksi, keberanian, dan dukungan yang tepat, setiap orang dapat menemukan pekerjaan yang tidak hanya memberikan penghasilan, tetapi juga kebahagiaan dan makna. 

Jadi, apakah Anda seorang job hugger? Jika ya, mungkin ini saatnya untuk melepaskan pelukan itu dan melangkah menuju sesuatu yang baru.

⚠️ Warning.!! Aturan Komentar:
  1. Sopan dan Menghargai – Komentar yang mengandung ujaran kebencian, diskriminasi, atau pelecehan akan dihapus.
  2. Fokus pada Topik – Hindari spam atau komentar yang tidak relevan dengan konten.
  3. Gunakan Bahasa yang Baik – Hindari kata-kata kasar atau tidak pantas.
  4. Tidak Mengiklankan – Komentar yang mengandung promosi pribadi atau iklan akan dihapus.
  5. Patuhi Hukum – Komentar yang melanggar hak cipta atau norma hukum akan ditindak tegas.

Dengan berkomentar, Anda setuju untuk mematuhi aturan ini.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Home
Trending
Sport
Search
Menu
Komentar 0 Facebook Twitter WhatsApp Telegram Copy Link